Profil Desa Joho

Ketahui informasi secara rinci Desa Joho mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Joho

Tentang Kami

Profil Desa Joho, Prambanan, Klaten. Menawarkan pesona "negeri di atas awan" dari perbukitan kapur selatan Prambanan dengan panorama Candi Ijo dan Tebing Breksi, di tengah dinamika ekonomi antara agrowisata durian dan aktivitas pertambangan batu.

  • Panorama Alam dari Ketinggian

    Terletak di kawasan perbukitan kapur, Desa Joho memiliki keunggulan geografis berupa pemandangan alam spektakuler yang menghadap ke Yogyakarta, termasuk panorama Candi Ijo dan Tebing Breksi dari kejauhan.

  • Dinamika Ekonomi Ganda

    Tambang dan Agrowisata: Perekonomian desa ditopang oleh dua sektor yang kontras, yaitu aktivitas pertambangan batu putih tradisional dan rintisan agrowisata yang mengandalkan keindahan alam serta potensi durian lokal.

  • Potensi Tersembunyi di Selatan Prambanan

    Joho merupakan representasi dari potensi wisata alternatif di koridor selatan Prambanan, menawarkan pengalaman yang berbeda dari wisata candi arus utama.

XM Broker

Menjauh dari dataran subur yang menjadi latar Candi Prambanan, Desa Joho di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, menawarkan sebuah perspektif yang berbeda. Terletak di kawasan perbukitan kapur di sisi selatan, desa ini adalah "balkon"-nya Prambanan, sebuah wilayah ketinggian yang menyajikan panorama alam memukau. Namun di balik keindahannya, Desa Joho menyimpan dinamika ekonomi yang kompleks, di mana pesona agrowisata yang sedang dirintis hidup berdampingan dengan realitas aktivitas pertambangan batu yang telah lama menjadi sumber penghidupan.

Geografi Perbukitan di Beranda Selatan

Desa Joho secara geografis menempati wilayah yang kontras dengan desa-desa lain di Prambanan. Jika sebagian besar desa berada di dataran rendah aluvial, Joho berada di gugusan perbukitan kapur (karst) yang menjadi batas alami antara Klaten dan Gunungkidul. Luas wilayahnya sekitar 1,80 kilometer persegi.

Batas-batas wilayahnya meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Kotesan

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Gayamharjo (Kecamatan Prambanan)

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta

Dari titik-titik tertinggi di desa ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan 180 derajat yang menakjubkan. Lanskap perkotaan Yogyakarta, landasan pacu Bandara Adisutjipto, serta siluet Candi Ijo dan Tebing Breksi yang berada di seberang lembah menjadi sajian visual yang memanjakan mata, terutama saat matahari terbenam. Potensi inilah yang menjadi modal utama pengembangan sektor pariwisata desa.

Dua Wajah Ekonomi: Tambang dan Tani

Perekonomian Desa Joho sejak lama ditopang oleh dua sektor utama yang berjalan beriringan.

1. Pertambangan Batu Putih Tradisional: Perbukitan kapur yang menjadi fondasi desa ini kaya akan deposit batu putih (batu gamping). Selama beberapa dekade, sebagian warga menggantungkan hidupnya sebagai penambang atau perajin batu. Mereka memotong bongkahan-bongkahan batu dari tebing untuk dijadikan bahan pondasi bangunan atau diolah menjadi batu hias. Aktivitas ini menjadi sumber pendapatan yang signifikan, meskipun membawa risiko terhadap kelestarian lingkungan.

2. Pertanian Lahan Kering dan Agrowisata: Di sisi lain, sebagian besar warga lainnya adalah petani lahan kering. Mereka menanam komoditas yang tahan terhadap kondisi tanah kapur seperti singkong, jagung dan kayu jati. Namun, potensi terbesar justru datang dari tanaman buah, khususnya durian. Desa Joho dikenal memiliki beberapa varietas durian lokal yang berkualitas. Potensi ini mulai dikembangkan ke arah agrowisata, di mana pengunjung dapat datang untuk menikmati durian langsung dari kebunnya saat musim panen tiba.

"Di sini ada dua pilihan utama, menambang batu atau bertani. Keduanya punya risiko dan keuntungan. Sekarang, kami sedang mencoba mengembangkan yang ketiga, yaitu pariwisata, agar keindahan alam ini juga bisa memberi hasil," ujar seorang tokoh masyarakat Desa Joho.

Merintis Jalan sebagai Desa Wisata Alternatif

Menyadari keunggulan panoramanya, masyarakat Desa Joho melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mulai merintis jalan untuk menjadikan desanya sebagai destinasi wisata alternatif di kawasan Prambanan. Mereka sadar bahwa wisatawan yang datang ke Prambanan membutuhkan variasi pengalaman selain mengunjungi candi.

Beberapa inisiatif yang mulai dikembangkan:

  • Gardu Pandang dan Spot Foto: Membangun beberapa titik gardu pandang sederhana di tepi tebing untuk menjadi lokasi menikmati pemandangan dan berswafoto.

  • Wisata Kuliner dan Durian: Mengemas potensi durian lokal menjadi sebuah festival atau paket wisata petik durian saat musimnya tiba. Warung-warung kecil dengan menu masakan desa dan pemandangan indah juga mulai bermunculan.

  • Jalur Sepeda dan Trekking: Mengembangkan jalur-jalur yang menantang bagi para penggemar olahraga sepeda gunung atau trekking yang ingin menikmati keindahan perbukitan.

Tantangan Keseimbangan antara Ekonomi dan Ekologi

Tantangan terbesar yang dihadapi Desa Joho adalah menemukan titik keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Aktivitas pertambangan, jika tidak diatur dengan baik, berpotensi merusak lanskap yang justru menjadi daya tarik utama pariwisata. Diperlukan regulasi yang jelas dan komitmen bersama untuk menerapkan praktik penambangan yang lebih ramah lingkungan atau secara bertahap mentransformasi ekonomi ke arah pariwisata yang berkelanjutan.

Selain itu, aksesibilitas dan ketersediaan infrastruktur penunjang wisata seperti jalan yang lebih baik, air bersih, dan fasilitas umum masih menjadi pekerjaan rumah. Dengan kolaborasi yang solid antara masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak terkait, Desa Joho memiliki potensi cerah untuk bersinar sebagai "permata tersembunyi" di perbukitan selatan Prambanan, menawarkan pesona alam yang otentik dan menenangkan.